Rough Time

20170620_090346

Pernahkan anda menghadapi suatu fase dalam hidup yang begitu berat, sampai anda berkata pada Tuhan, “Ya Tuhan, saya tidak sekuat ini, tidak sebaik itu untuk menghadapi ini semua, saya bukan Nabi”

Memang benar, Tuhan tidak pernah memberi cobaan di luar kemampuan makhluk-Nya, tapi tetap saja ketika semuanya datang bertubi-tubi, seperti masalah kuliah, pekerjaan, madesu, kesepian, patah hati, dan ketika tidak ada hari tanpa rasa sakit di dada, tanpa perasaan nelangsa, tanpa kebingungan, rasanya wajar saya bertanya seperti itu. It’s like your whole life is fucked up. Rasanya ingin berputus asa, sepertinya mati lebih enak.

Fase itu terasa seperti berjalan di sebuah tali di atas jurang. Jika ini adalah sebuah ujian, saat berhasil melewatinya, kita akan naik level dan menjadi seseorang yang berbeda dan lebih kuat. Namun, jika gagal maka kita akan jatuh dan semakin terpuruk. Rasanya seperti itu. So it’s like do or die.

Fase ini juga harus dilalui sendiri, tidak bisa mengandalkan orang lain, saya sadar itu. Namun, bahkan sekadar untuk mencari penghiburan pun, tidak ada yang sepeduli itu. Berbicara pada orang lain hanya akan membuat mereka muak. Padahal kita tidak berharap solusi atau bantuan praktis dari mereka. Sekadar pelukan dan dibilang “it’s gonna be okay” sudah lebih dari cukup. Isn’t it too much to ask? Maybe it is.

But life goes on, so I’ll just hug myself, and say: “you’re okay.”

Kali ini mungkin betul..

four leaves clover

Jadi saya sedang mengais-ngais file lama, tiba2 saya menemukan tulisan lama saya, ditulis tanggal 31 oktober 2009, mungkin udah pernah dipost entah dimana, saya tidak ingat. Judulnya “kali ini mungkin betul”. Saya juga tidak ingat kenapa saya menulis ini. Yang jelas, saya merasa tulisan ini sangat keren saat saya baca sekarang, jadi ingin posting disini. here it is:

“kali ini mungkin betul, tetapi lain kali namanya kebetulan, kebetulan bukan kebenaran, kebenaran dimiliki hampir setiap orang, orang gila juga memiliki kebenaran, orang gila bermacam-macam, namanya juga orang gila, ada yang gila menurut orang lain dan gila menurut dirinya sendiri. Orang gila menurut dirinya sendiri biasanya dibilang gila juga oleh orang lain, meskipun tidak gila betulan. Kali ini mungkin betul, mungkin saja aku gila benaran.

kali ini mungkin betul, mungkin memang terdapat harta karun di kali ini, kali itu sungai, dan sungai itu berair. Apa yang terjadi di mata seorang wanita ketika matanya berair? Wanita yang malang, ia menangis, ia tidak dapat menemukan harta karunnya di kali ini. Kali ini ia tidak beruntung, harta karun baginya adalah sebuah cinta sejati, tetapi cinta sejatinya tidak ada kali ini. Kali ini mungkin betul, cinta memang belum ada sekarang ini untukku.
Continue reading

Transform.

amazon_alpha

Sekitar satu minggu yang lalu, saya melihat teman saya sangat memperhatikan pencapaian akademiknya. Sampai-sampai saya berpikir apakah ia begitu terobsesi? Begitu menginginkan kejayaan di bidang akademik? Begitu cemas apakah ia bisa mendapatkan penghargaan dan pengakuan atas prestasinya. Glory for her?

Ini mengingatkan saya dengan saya yang dulu, meskipun bukan secara spesifik di akademik, tetapi saya juga sangat menginginkan penghargaan dan pengakuan atas prestasi saya. Saya berharap sih teman saya itu bisa mendapatkannya dengan baik dan kemudian menjadi seseorang dengan self-esteem yang tinggi.

Tetapi saya? Failed. Mungkin saat itu memang kacau, saya begitu banyak keinginan, begitu ingin dihargai dan diakui. Saya banyak mencemaskan semua hal, bagaimana penilaian orang lain, bagaimana jika tidak bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, dsb. Namun, pada akhirnya saya tidak bisa mendapatkannya. Everything was crumbled.

Continue reading

Kuliah Singkat Expressive Arts Therapy

20161114_111904-resize

14 November 2016 kemarin ada kuliah umum Expressive Arts Therapy yang diberikan langsung oleh Prof. Diana Lea Baranovich dari states, meskipun lebih tampak seperti peramal gipsi tapi caranya memberikan kuliah sih asik dan ekspresif.

Jadi, pertama-tama kami (seluruh peserta di kelas) diminta menuliskan satu kata di papan tulis. Bebas. Saya sendiri menuliskan “damn!” Lalu kami diminta merangkai suatu cerita atau tulisan menggunakan minimal 10 kata yang telah kami tuliskan di depan. Setelah membuat cerita, kami diminta membuat gambar dari cerita tersebut. Lalu satu orang maju untuk menceritakan hasil karyanya dan dibahas oleh si profesor. Yah.. Terlepas dari bentuk terapi dan segala tetek bengeknya, saya menikmati menggambar di ruangan kelas bersama teman-teman.

Di atas adalah gambar yang saya buat, lalu berikut adalah cerita (lebih tepatnya seperti puisi yang nonsense) yang saya buat (kata-kata yang diberi garis bawah adalah kata-kata yang terdapat pada papan tulis):

“It looks like I’m swimming in the red sky

like a fictional character from a story book

phoenix.. unicorn.. and what not.

I’m laugh and feeling stressed at the same time

seems paradoxical but it’s not.

Damn! I’ve lost my mind

I’m tired, baby

Those happiness are only illusion, it’s fading in blue color

the freedom is sweet like an ice cream

but it’s jealous of the love, which is more shining.”

Pointless Things

pointless_thing

“Don’t pointless things have a place, too, in this far-from-perfect world? Remove everything pointless from an imperfect life, and it’d lose even its imperfection.”

― Haruki Murakami, Sputnik Sweetheart.

 

Like me, the contributor of imperfection to the world.. your world.

But as perfection doesn’t exist, as it is only a hypothetical words,

What we do, even pointless things, we don’t know what other people will perceive,

Even your little smile, little gaze, little chat, would means much for me, for my world,

Keep doing what we like, what we think is right, no matter what, it’ll never be perfect,

But, at least we could make our own meaning of perfection,

So, sometimes, for what we have done, we could say: perfect!

Midnight Sky

midnight_sky

“It’s been awhile since I stare at the midnight sky and realized how vast the universe is.”

Seorang penyiar radio berkata, “kalau saya malam-malam ngeliat langit dan bintang-bintang, saya ngerasa keciiil banget.” Waktu itu saya masih SMP atau SMA ketika mendengarnya, dan kata-kata itu masih teringat sampai sekarang.

Simple sih kenapa masih terus teringat sampai sekarang, karena beban saya seolah terangkat kalau merenungi kata-kata itu. Terutama kalo lagi menghadapi masalah atau sesuatu yang menjadi beban pikiran.

Makna di balik kata-kata itu adalah bahwa dunia itu luas, begitu pun dengan kehidupan. Dunia kita terlalu besar, terlalu luas untuk hanya terpaku pada suatu masalah. Hidup kita lebih dari itu, bukan sekadar masalah yang kita hadapi.

Apalagi kalau dibandingkan dengan dunia ini, masalah kita mungkin hanya sekadar hal kecil bersama dengan masalah-masalah orang lainnya di dunia. Ada tidak adanya masalah kita, dunia tetap berjalan, hari terus berganti, bumi tetap mengitari matahari pada orbitnya, dan blackhole masih berwarna hitam.

Memang sih, bukan berarti kita mengabaikan masalah dengan berpikir seperti itu. Masalah tetap ada dan harus diselesaikan. Tapi, setidaknya kepala terasa lebih ringan dalam mulai melangkah menyelesaikan masalah itu.

Jadi, ketika kepala terasa berat saat menghadapi masalah, lihatlah langit malam dan renungi sejenak.. boleh sama kucing, boleh sendirian..

Yaa.. dunia tidak sesempit itu dan kita tidak senelangsa itu.

Right, cat?

 

Satriajati, 2016