Pernahkan anda menghadapi suatu fase dalam hidup yang begitu berat, sampai anda berkata pada Tuhan, “Ya Tuhan, saya tidak sekuat ini, tidak sebaik itu untuk menghadapi ini semua, saya bukan Nabi”
Memang benar, Tuhan tidak pernah memberi cobaan di luar kemampuan makhluk-Nya, tapi tetap saja ketika semuanya datang bertubi-tubi, seperti masalah kuliah, pekerjaan, madesu, kesepian, patah hati, dan ketika tidak ada hari tanpa rasa sakit di dada, tanpa perasaan nelangsa, tanpa kebingungan, rasanya wajar saya bertanya seperti itu. It’s like your whole life is fucked up. Rasanya ingin berputus asa, sepertinya mati lebih enak.
Fase itu terasa seperti berjalan di sebuah tali di atas jurang. Jika ini adalah sebuah ujian, saat berhasil melewatinya, kita akan naik level dan menjadi seseorang yang berbeda dan lebih kuat. Namun, jika gagal maka kita akan jatuh dan semakin terpuruk. Rasanya seperti itu. So it’s like do or die.
Fase ini juga harus dilalui sendiri, tidak bisa mengandalkan orang lain, saya sadar itu. Namun, bahkan sekadar untuk mencari penghiburan pun, tidak ada yang sepeduli itu. Berbicara pada orang lain hanya akan membuat mereka muak. Padahal kita tidak berharap solusi atau bantuan praktis dari mereka. Sekadar pelukan dan dibilang “it’s gonna be okay” sudah lebih dari cukup. Isn’t it too much to ask? Maybe it is.
But life goes on, so I’ll just hug myself, and say: “you’re okay.”